Terapi
Humanistik
Istilah eksistensi
berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau
tumbuh ke luar. Psikologi Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama
psikologi Humanistik atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang
diawali dari Sorean Kierkigard tentang eksistensi manusia.
Model humanistik
kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar
konsep- konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia
untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak
pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas
eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan
eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan
pernah hadir ketiadaan.
Pencarian makna dalam
kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi.
Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah
pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat
terapi.
Eksistensial
Psychotherapies
Eksistensialis mencari
makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai
lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara
mekanistik). Martin Heidegger (1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh
filsafat eksistensial modern. Dalam pandangan Heidegger, eksistensi manusia
adalah proses, terus berkembang untuk setiap individu. Tidak statis, tapi
selalu menjadi sesuatu yang berbeda (Hergenhahn, 1992). Unsur-unsur filsafat
eksistensial terlihat dalam bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Ludrvig
Binswanger dan lain-lain
Psikoterapis
eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi
penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen
penting dari perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien
untuk memeriksa kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan
mereka terganggu. Yang membantu mereka untuk menghilangkan hambatan,
meningkatkan rasa pilihan mereka, dan mengerahkan keinginan mereka.
Psikoterapi
eksistensial berusaha untuk memahami makna yang unik dari sudut pandang
pengalaman klien yang subjektif dari dalam diri individu atau dunia saat
fenomenologisnya. Hubungan kolaboratif antara klien dan terapis adalah
penyembuhan dalam dirinya sendiri, dan tidak bergantung konseptual pada “repair
model” (Walsh & McElwain.2002, p.272).
Pendekatan eksistensial
bukanlah bentuk yang paling banyak dipraktekkan psikoterapi, namun para
praktisi melihatnya sebagai kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik
lebih bekerja keras dalam mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental
berkembang di beberapa daerah (Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting
dalam mengatur adegan untuk terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl
Rogers berpusat pada terapi klien.
KONSEP-KONSEP UTAMA :
1. Kesadaran
diri
Manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan
nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin besar
kesadaran dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk memilih
altrnatif-alternatif. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan
tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2. Kebebasan,
tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran akan kebebasan
dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada
manusia. Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya
dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
3. Penciptaan
Makna
Manusia berusaha untuk
menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna
bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian. Manusia
memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna.
Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni mengungkapkan
potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal mengaktualisasikan dirinya, maka ia
bisa menjadi sakit.
TUJUAN :
· Bugental
(1965) menyebutkan bahwa keotentikan sebagai urusan utama psikoterapi dan nilai
eksistensial pokok.
Terdapat tiga
karakteristik dari keberadaan otentik :
1. Menyadari
sepenuhnya keadaan sekarang
2. Memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang
3. Memikul
tanggung jawab untuk memilih.
· Klien
yang neurotic adalah orang yang kehilangan rasa ada, dan tujuan terapi adalah
membantunya agar ia memperoleh atau menemukan kembali kemanusiaannya yang
hilang.
Pada dasarnya, tujuan
terapi eksistensial adalah :
1. meluaskan
kesadaran diri klien
2. meningkatkan
kesanggupan pilihannya
3. menjadi
bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
FUNGSI DAN PERAN
TERAPIS
Menurut Buhler dan
Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang
mencakup hal-hal berikut :
· Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
· Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
· Mengakui
sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
· Berorientasi
pada pertumbuhan
· Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
· Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
· Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
· Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
· Bekerja
kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
CLIENT CENTERED THERAPY
Carl R. Rogers
mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutkannya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis.
Client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang
menggarisbawahi tindakan mengalami klien berikutnya dunia subjektif dan
fenomenalnya.
Terapis berfungsi
terutarna sebagai penunjang pertumbuhan pribadi kliennya dengan jalan membantu
kliennya itu dalam menemukan kesanggupankesanggupan untuk memecahkan
masalah-masalah. Pendekatan client-centered manaruh kepercayaan yang besar pada
kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
Client Centered Theory
sering pula dikenal sebagai teori nondirektif dimana tokoh utamanya adalah Carl
Rogers. Rogers adalah seorang empirisme yang mendasarkan teori-teorinya pada
data mentah, ia percaya pentingnya pengamatan subyektif, ia percaya bahwa
pemikiran yang teliti dan validasi penelitian diperlukan untuk menolak
kecurangan diri (self-deception).
Rogers membangun
teorinya ini berdasarkan penelitian dan observasi langsung terhadap
peristiwa-peristiwa nyata, dimana pada akhirnya. ia memandang bahwa manusia
pada hakekatnya adalah baik.
Oleh karena itu
konseling client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan
membuat keputusan-keputusan, sebab klien merupakan orang yang paling tahu
tentang dirinya, dan pantas menemukan tingkah laku yang pantas bagi dirinya.
Pendekatan client
centered merupakan corak yang dominan yang digunakan dalam. pendidikan
konselor. Salah satu alasannya adalah, terapi client centered memiliki sifat
keamanan. Terapi client centered menitik beratkan mendengar aktif, memberikan
resfek kepada klien, memperhitungkan kerangka acuan intemal klien, dan menjalin
kebersamaan dengan klien yang merupakan kebalikan dari menghadapi klien dengan
penafsiran-penafsiran. Para terapis client centered secara khas merefleksikan
isi dan perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan, membantu para.
PROSES KONSELING
fokus utamanya
menekankan pengalaman yang dirasakan oleh klien. Pada awal proses konseling
tidak difokuskan pada masalah, tujuan dan prilaku.
TUJUAN
Tujuan dasar terapi client centered adalah
Tujuan dasar terapi client centered adalah
· Meningkatkan
harga diri
· Memperluas
keterbukaan terhadap pengalaman hidup
Beberapa kritik lain
terhadap client centered:
· Terlalu
menekankan pada aspek afektif, emosional, perasaan sebagai penentu prilaku,
tetapi melupakan faktor ineraktif, kognitif dan rasional
· Penggunaan
informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori
· Tujuan
untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas, umum dan
longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu
· Tujuan
ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadang-kadang dibuat tergantung
lokasi konselor dan klien
· Meskipun
terbukti bahwa konseling client centered diakui efektif , tapi bukti-bukti
tidak cukup sistematis dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang
kecil tanggung j awabnya
· Sulit
bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan
interpersonal
Namun dernikian dalam
sumber lain dikatakan bahwa konseling client centered elah memberikan
kontribusi dalam hal:
· Pernusatan
pada klien dan bukan pada konselor dalam konseling
· Idenifikasi
dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana utama, dalam mengubah
kepribadian
· Lebih
menekankan pada sikap konselor daripada teknik
· Memberikan
kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif
· Penanganan
emosi, perasaan dan afektif dalam konseling.
CIRI-CIRI CLIENT
CENTERED THERAPY
Rogers (1974, h.
213-214) menguraikan ciri-ciri yang membedakan pendekatan client-centered dari
pendekatan-pendekatan lain :
· Pendekatan
client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk
menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai
sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus
menemukan tingkah laku yang lebih panas bagi dirinya.
· Pendekatan
client centered menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan
dengan usaha untuk memahami klien. Dengan simpati yang cermat dan dengan usaba
untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian
terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
TEKNIK TERAPI
a. Penekanan
awal pada refleksi perasaan the person centered yang pada dasarnya adalah
pernyataan ulang yang sedrhana dari apa yang dikatakan klien.
b. Evolusi
metode person centered. Filosofi the person centered di dasarkan pada asumsi
bahwa klien memiliki akal untu bergerak positif tanpa bantuan konselor.
c. Peran
penilaian. Penilaian sering di pandang sebagai prasyarat untuk proses tritmen.
Beberapa kesehatan mental menggunakan berbagai procedure penilaian termasuk
diagnostic, identifikasi kekuatan klien dan kewajiban pengerjaan test.
d. Penerapan
filosofi dari pendekatan the person centered diterapkan untuk bekerja individu,
kelompok maupun keluarga. Pendekatan the person cetered juga telah terbukti
sebagai terapi yang layaK dan lebih berorientasi, filosofi dasar dari the
person centered memiliki penerapan untuk pendidikan SD hinga lulus.
e. Aplikasi
untuk krisis intervensi. Pendekatan the person centered terutama berlaku dalam
krisis intervensi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit, peristiwa
bencana dan kehilangan orang yang dicintai. Dalam krisis intervensi seseorang
yang mengalaminya butuh dorongan motivasi dari orang-orang sekitarnya,
kepedulian dan berusaha untuk menempatkan posisinya.
f. Aplikasi
untuk kelompok konseling. Pendekatan the person centered menekankan peran unik
dari kelompok konselor sebagai fasilitator dan bukan pemimpin.
No comments:
Post a Comment